Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unkhair dibawah bimbingan Dr. Karman La Nani, M.Si, melaksanakan wisata ilmiah matematika dengan tema, “Etnomatematika: Mengungkap Situs Sejarah Di Kota Ternate”. Kegiatan wisata ilmiah ini disamping memperkenalkan kepada mahasiswa untuk mengenang sejarah perjuangan para pahlawan dan masyarakat Indonesia saat mengusir penjajah, juga bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang tempat bersejarah yang dibangun dimasa penjajahan atau sebelum indonesia merdeka, disamping memiliki nilai sejarah juga memiliki objek matematika yang dikenal dengan matematika budaya (etnomatematika).
Objek etnomatematika yang dapat diungkapkan dalam situs sejarah, terutama yang berhubungan dengan jenis bangun datar dan bangun ruang, serta konsep pengukuran panjang. Mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Unkhair Ternate yang tergabung dalam “students comunity of mathematics lover” (SCML) dibawah komando Masdar Soleman sebagai ketua SCML, dan Sahjuan Umasangaji sebagai sekretaris diikuti oleh sejumlah mahasiswa matematika semester dua dan empat.
Kegiatan wisata ilmiah matematika yang dilaksanakan belum lama ini, mengunjungi beberapa tempat wisata sejarah, yaitu: Benteng Tolukko, Benteng Orange, Benteng Kalamata, dan Benteng Kastela. Selain berkunjung dibeberapa tempat bersejarah, mahasiswa matematika juga mengunjungi situs sejarah zaman now yang dibangun oleh Walikota Ternate Dr. Burhan Abdurrahman, MM, yaitu: Tulang Ikan yang terletak di Kelurahan Dufa-Dufa dan Land Mark yang terletak di didepan Kantor Walikota Ternate.

Menurut Dr. Karman La Nani, M.Si, selaku dosen pembimbing komunitas mahasiswa bahwa sejumlah aplikasi objek matematika yang dapat diungkapkan sebagai matematika budaya (etnomatematika) dalam situs sejarah benteng tolokko, benteng orange, benteng kalamata, dan benteng kastela, serta tempat wisata tulang ikan dan land mark meliputi: fakta bentuk persegi dan persegi panjang, bentuk lingkaran, bentuk garis dan garis lengkung, bentuk kubus dan balok, serta bentuk silinder dan ukuran panjang.
Konsep matematika tentang ruang dimensi dua (bangun datar) seperti: persegi, persegi panjang, lingkaran, garis, garis lengkung, segitiga, trapesium, dan ruang dimensi tiga (bangun ruang) seperti: kubus, balok, silinder dan ukuran panjang sangat nampak ditunjukkan pada bentuk dan ukuran benteng-benteng sebagai situs sejarah di Kota Ternate.
Wisata ilmiah matematika yang dikuti oleh 16 mahasiswa program studi pendidikan matematika, juga dipernalkan agar dapat mempraktekkan penggunaan alat peraga matematika yaitu Klinometer untuk mengukur ketinggian suatu benda dengan menentukan sudut elevasi. Selain itu, wisata ilmiah yang dilaksanakan oleh komunitas mahasiswa pencinta matematika mencoba menyesuaikan dengan ciri kurikulum KKNI program studi pendidikan matematika yang mengembangkan etnomatematika atau matematika budaya.
Menurut Gerdes (1994), etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut, etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau suku. Ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika merupakan antropologi budaya (culturalanropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika. Etnomatematika menjelma menjadi suatu bidang ilmu dan menjadi perhatian luas akhir-akhir ini, karena pengajaran matematika di sekolah memang terlalu bersifat formal.

Hiebert & Capenter (1992) mengingatkan kepada semua pihak bahwa pengajaran matematika di sekolah dan matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh sebabitu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.Gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan matematika yang telah ada. Mengingat perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji, maka dimungkinkan matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil budaya setempat.
Menurut Bishop (1994), matematika merupakan suatu bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada, masa lampau, saat ini, hingga masa mendatang. Hakekatmatematika sebagai teknologi simbolis akan tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Budaya mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran bagi perkembangan pemahaman individual masyarakat, termasuk pembelajaran matematika yangtelah menyatu dengan kehidupan masyarakat (Bishop, 1991).
Kegiatan wisata ilmiah memberikan nuansa baru bagi mahasiswa dan diharapkan mampu mendorong motivasi belajar mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Unkhair untuk senantiasa mengembangkan ilmu matematika, meningkatkan kreativitas dan inovasi mempelajari matematika dan aplikasinya dalam kehidupan budaya masyarakat.
Mulyadi Manyira salah satu mahasiswa yang turut terlibat dalam wisata tersebut mengatakan bahwa kegiatan yang melibatkan mahasiswa semacam ini akan memberikan nilai tersendiri bagi terbentuknya motivasi belajar matematika. Sementara Eka Mifta Husaleha selaku bendahara komunitas pencinta matematika bahwa kegiatan ini memberikan banyak manfaat, disamping mengujungi tempat bersejarah juga mempraktek pengetahuan matematika yang telah dipelajari selama dibangku sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengukuran, bangun datar dan bangun ruang.
Menurut Eka, kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui tempat wisata atau melakukan refresing untuk menghilangkan rasa stress dan mendorong terciptanya motivasi baru bagi mahasiswa.
Hasil dari kegiatan ini, mahasiswa dapat mengetahui tentang praktek penggunaan alat peraga Klinometer sebagai alat sederhana untuk mengukur ketinggian suatu benda. Ide-ide ini muncul tidak terlepas sebagai hasil pemikiran dan praktek budaya masyarakat yang dituangkan melalui suatu bangunan zaman now yang memilki latar belakang sejarah dan akan menjadi sejarah dimasa mendatang.
Begitu pula dengan konstruksi dan bentuk benteng Tolukko, saat ini telah menjadi bangunan sejarah bagi masyarakat Moloku Kie Raha, sebagai hasil karya masyakat masa lampau. Tinjau etnomatematika terhadap bentuk benteng Toluko dengan gambar disamping, tidak terlepas sebagai hasil pemikiran dan praktek budaya masyarakat masa lalu. Secara etnomatematika, bentuk benteng tolukko memiliki banyak unsur matematika yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang, seperti: lingkaran, persegi panjang, silinder, dan balok. Ide-ide bentuk benteng Tolukko juga merupakan hasil pemikiran dan praktek budaya masyarakat.
Barton (Euis Fajriyah (2018), etnomatematika sebagai sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana individu masyarakat dapat memahami, mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan praktik-praktik yang dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari mereka. Menurut D’Ambrosio (2001), etnomatematika adalah pengakuan bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktik matematika (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya).
Mengingat hasil penelitian Euis (2018) bahwa etnomatematika memunculkan kearifan budaya dan mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika, maka pelaksanaan wisata ilmiah matematikaoleh komunitas mahasiswa pencinta matematika diharapkan mendorong kognitif dan afektif mahasiswa dalam mengaplikasikan matematika dengan memperhatikan kearifan lokal atau budaya setempat dan mampu memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran matematika mencapai visi misi Universitas Khairun maju bersama ilmu dengan memperhatikan kemajemukan dan kearifan lokal dan mencapai tujuan pendidikan nasional.